Sejarah Lomba Panjat Pinang 17 Agustusan di Indonesia

Sejarah Lomba Panjat Pinang 17 Agustusan di Indonesia

Smallest Font
Largest Font

ARTIKEL - Panjat pinang menjadi salah satu permainan yang kerap digelar dalam perlombaan pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia setiap 17 Agustus. Mirip namanya, panjat pinang dimainkan orang-orang yang memanjat sebatang pohon untuk mengambil hadiah yang ada di puncaknya. Pohon yang dipanjat akan dilumuri oli sehingga menjadi licin dan sulit dipanjat. 

Pemenang panjat pinang adalah orang yang bisa mengambil dan membawa turun hadiah paling banyak atau termahal. 

Dari tahun ke tahun, panjat pinang termasuk permainan yang populer. Kenyataannya, panjat pinang sudah ada sejak abad ke-14 di China dan masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Lalu, seperti apa sejarah perkembangan dan cara main panjat pinang yang identik menjadi lomba HUT RI? 

Panjat pinang lahir di abad ke-14 Dikutip Kompas TV (1/8/2022) dari buku Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal karya Fandy Hutari, warga China memiliki tradisi permainan panjat pinang. Panjat pinang dikenal dengan nama qiang gu. 

Permainan ini tercatat pertama kali pada zaman Dinasti Ming (1368-1644). Panjat pinang populer di wilayah China bagian selatan, seperti Fukien, Guangdong. dan Taiwan. Namun, perlombaan itu sempat dilarang pada masa pemerintahan Dinasti Qing (1636-1912) karena menyebabkan banyak korban jiwa. 

Ketika Jepang menduduki Taiwan pada 1895, panjat pinang kembali populer diadakan dalam acara tradisional tahunan Festival Hantu. Kala itu, para pemain panjat pinang tidak hanya memanjat pohon pinang. Namun, mereka harus menaiki satu bangunan yang terbuat dari pohon pinang dan kayu setinggi gedung bertingkat empat. 

Di sisi lain, ada juga ahli sejarah yang menganggap panjat pinang berasal dari masa sebelum masehi yang berasal dari tradisi Hindu-Budha.  

Panjat pinang masuk Indonesia kemudian dimainkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1920 hingga 1930-an. Di Betawi, permainan ini disebut ceko. Permainan panjat pinang digelar orang-orang Belanda yang mengadakan hajatan, seperti pernikahan, kenaikan jabatan, atau pesta ulang tahun. Panjat pinang juga rutin diadakan pada 31 Agustus untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau, dikutip dari Kompas.com (26/8/2023). 

Dulu, perlombaan ini hanya diikuti kaum pribumi, sedangkan orang Belanda duduk menonton. Peserta lomba memperebutkan makanan seperti keju dan gula yang tergolong mewah bagi penduduk lokal.

Seiring waktu, timbul kontroversi yang melibatkan lomba panjat pinang. Banyak orang menilai permainan ini mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Sebab, penjajah mengadakannya untuk mendapat hiburan dan tawa dari pribumi.

Sebaliknya, orang yang mendukung lomba ini menganggap panjat pinang sebagai representasi kerja keras, perjuangan, kerja sama, dan ajang kekompakan yang diibaratkan proses mencapai kemerdekaan. 

Setelah Indonesia merdeka, permainan ceko ganti nama menjadi panjat pinang. Lomba ini sering digelar bertepatan dengan HUT RI 17 Agustus setiap tahun. Tujuannya untuk memeriahkan hari kemerdekaan dan sarana hiburan pelepas rutinitas keseharian. 

Dilansir dari laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia Kemendikbud, panjat pinang dimainkan laki-laki usia 15-32 tahun yang membentuk kelompok dengan anggota 6-8 orang. Perlombaan ini dimainkan di atas tanah sepanjang 6-8 meter dan lebar sekitar 5-6 meter. Seorang wasit bertugas mengawasi perlombaan dan menetapkan pemenang. 

Peralatan yang dibutuhkan untuk panjat pinang antara lain: Batang pohon pinang setinggi 8 hingga 10 meter yang dikelupas kulitnya Daun kelapa dibelah dua dan dibentuk lingkaran untuk menggantungkan hadiah Sabun cuci, minyak sapi/kerbau, atau oli motor untuk mengolesi permukaan batang pohon agar licin. Hadiah-hadiah yang digantung di atas pohon seolah menjadi rebutan para peserta. Mereka harus berusaha mengambil hadiah yang digantungkan di atas pohon Untuk mengambil barang, satu pemain akan memanjat para pemain lain yang ada di bawahnya. 

Pemain yang terpeleset harus mulai dari awal Agar tidak mudah terpeleset saat memanjat, para pemain boleh menggunakan abu gosok, tali, atau kaos sebagai alat bantu Pemain yang dapat mencapai puncak boleh membawa pulang hadiah yang diambil dari pohon Namun, pemain yang mengambil bendera Merah Putih di pucuk pohon berhak mengambil seluruh hadiah yang ada Pemain harus mencabut bendera Merah Putih yang ditancapkan di puncak batang pohon pinang untuk dinyatakan sebagai pemenang.(*)

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Panjat Pinang, Populer di Masa Dinasti Ming, Masuk ke Tanah Air di Masa Penjajahan")

Editors Team
Daisy Floren